Sabtu, 20 Juni 2020

Sekelumit Gema SpensGo


Sekolah kami terletak di sebuah kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Indramayu. Tidak bisa disebut pinggiran, namun bukan juga disebut sekolah perkotaan. Jarak sekolah kami ke kabupaten kurang lebih 6,5 km. Siswa yang berada di sekolah kami merupakan siswa campuran. Kami bilang campuran karena berasal dari dua kabupaten yang berbeda. Sebagian dari Kabupaten Subang dan sebagian lagi berasal dari Kabupaten Indramayu. Semua itu merupakan kekayaan dan modal  sekolah kami .

Sekolah kami walaupun letaknya agak minggir tetapi keinginan untuk lebih maju sangatlah kuat. Kami memulai aktifitas di sekolah itu pukul 6.30. hal ini dikarenakan sebelum proses pembelajaran kami mengadakan apel pagi atau disebut juga pembiasaan pagi. Hal ini untuk membangun karakter peserta didik  dalam berbagai hal. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pembiasaan pagi di sekolah kami adalah membangun budaya literasi dalam diri siswa baik itu literasi buku, literasi Qur’an, dan literasi lingkungan.Kegiatan awal dimulai dengan membunyikan sirine. Kegiatan Literasi di sekolah kami berlangsung mulai hari Selasa sampai dengan hari Jumat. Hal ini dikarenakan sekolah kami menyelenggarakan sekolah lima hari.

Kegiatan membaca di sekolah kami bernama adalah GEMA SPENSGO artinya Gerakan Membaca SMP Negeri 1 Cibogo dengan motto AKSI yaitu Aktif, Kreatif, Sukses , dan Inovatif. Kami berharap gerakan ini bisa menjadikan siswa di sekolah aktif membaca sehingga menjadi kreatif dan kelak sukses dalam berinovasi.
Mendengar sirine dibunyikan siswa –siswi datang berkumpul menuju lapangan upacara dan berbaris berdasarkan kelasnya masing-masing. Piket termasuk saya memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkumpul dan merapikan barisannya selama 10 menit.
Pukul 6.30 pas kami mulai berdoa dipimpin oleh perwakilan kelas yang ditugaskan secara bergantian.Kami berdoa dengan membaca surat Al Fatihah. Surat Al Ikhlas, surat Al Falaq, dan surat An Nas. Setelah selesai berdoa kami menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dipimpin oleh salah seorang siswa yang menjadi dirigennya. Setelah kedua kegiatan tersebut semua siswa kami persilakan duduk dan membuka bukunya. Kami melakukan kegiatan membaca senyap selama 15 menit . Buku yang mereka baca beragam tergantung yang mereka miliki dan buku yang ada di perpustakaan sekolah. Kami tidak mematok buku yang harus dibaca siswa ,hal ini dikarenakan takut memberatkan orang tua yang pada umumnya berekonomi menengah ke bawah. Yang penting adalah membiasakan siswa untuk membaca, menanamkan kepada siswa bahwa membaca itu adalah suatu kebutuhan primer.

Pembiasaan yang kami terapkan bukan tanpa masalah. Permasalahan pertama adalah ketersediaan buku fiksi yang mereka miliki, permasalahan berikutnya adalah mereka menganggap membaca itu adalah bukan hal yang penting. Kedua permasalahan yang sangat mendasar ini tentunya membuat pembiasaan berjalan seperti siput. Mereka membawa buku dan membaca itu kami paksakan. Kami tidak mau ketidakadaan buku menjadi penghalang dalam menggiatkan gerakan Literasi ini. Kami pontang panting mencoba membantu mengadakan buku untuk siswa yang tidak bisa membeli buku.
Sebulan pertama masih berat memaksanya, ibarat menggiring orang ke kamar kecil untuk BAB.Kami berusaha bahu membahu mendorong mereka untuk mencintai kegiatan membaca supaya lancar.

Bulan berikutnya setelah kami mendapatkan bimtek Literasi di Lembang, kami mendapatkan tantangan untuk mengikuti kegiatan WJLRC. Dalam kegiatan ini siswa ditantang untuk melakukan kegiatan membaca minimal 24 buku dalam kurun waktu 10 bulan. Secara sepintas memang mudah, hanya 24 buku akan tetapi dalam tantangan ini siswa selain melakukan kegiatan membaca dilanjutkan dengan diskusi dengan teman-temannya dan diakhiri dengan pembuatan reviu dari buku tersebut.
Bismillah... kami ingin membuktikan kepada teman-teman yang lain bahwa sekolah kami ada. Mulailah kami mengikuti kegiatan tantangan ini dengan berdiskusi dengan Bapak Kepala Sekolah, Orang tua, dan teman-teman di perpustakaan. Langkah pertama adalah tentang buku yang harus dibaca adalah minimal 120 halaman dan orang tua menunjukkan kesulitan untuk menyediakannya. Kami meloby kepada Bapak Kepala Sekolah dan alhamdulillah beliau bersedia memberikan alokasi dana untuk penyediaan buku. Kami , tim pembimbing berangkat ke Palasari untuk membeli buku bacaan minimal 18 buku. Hal ini dikarenakan peserta yang mengikuti tantangan ini sebanyak 18 orang. Setelah mereka selesai membaca satu buku kemuadian di minggu kedua mereka belajar mempresentasikan buku yang mereka baca . Minggu ketiga kami melakukan pembuatan reviu dengan model Ichikawa Fishbone. Pembuatan reviu kami lakukan bersama-sama di perpustakaan karena mereka masih harus dibimbing cara pembuatannya.Dalam Ichikawa Fishbone hal yang dimuat adalah apa, siapa, dimana, kapan,mengapa, dan bagaimana peristiwa dalam buku itu berlangsung.Setelah pembuatan model reviu kami mengintruksikan untuk memfoto hasil reviu tersebut.Dan minggu keempatnya kami mengupload reviu siswa ke web Literasi Jabarprov.

Bulan kedua kami sibuk mencarikan buku bacaan, dan tertolong dengan adanya Bazar murah di Gramedia.Kami menegosiasi Bapak Kepala Sekolah untuk memberikan alokasi dana pembelian buku. Dan lagi-lagi alhamdulillah beliau memberikannya.Kami berangkat ke Bandung untuk membeli buku tersebut seharian karena antri dan hanya diberikan waktu dua jam . Dengan bermandikan peluh kami mencari buku diantara tumpukan gudang buku. Tapi kami senang karena harapan kami adalah dengan peluh inilah nanti anak-anak kami akan rajin membaca.

Bulan ketiga kami diundang oleh pegiat Literasi Kabupaten Indramayu dalam rangka Safari Literasi Jawa Barat. Kami senang tiada terkira, karena diantara puluhan sekolah yang mengikuti WJLRC kami terpilih untuk menghadiri safari tersebut. Mulanya kami senang karena diundang semua peserta WJLRC tapi mungki dengan pertimbangan lain kami hanya diundang satu guru perintis, satu pembiming dan tujuh siswa. Kami ingin membuka mata hati anak-anak kami bahwa membaca juga punya komunitas dan tidak semua siswa bisa memperolehnya.

Bulan keempat kami memperoleh keberuntungan lagi dengan mendapatkan bantuan buku dari perpustakaan Provinsi Jawa Barat. Duh senangnya bukan main. Mungkin bagi sebagian orang atau sebagian sekolah itu biasa , tapi bagi kami itu adalah anugrah terindah karena disaat kami sedang kelimpungan cari buku ada yang memberikannya dengan cuma-Cuma walau harus diambil sendiri tapi tidak masalah yang openting sekolah kami mendapatkan buku. Kami berangkat ke Gudang Gramedia untuk mengambil buku tersebut dengan senang hati. Kami diberikan buku sebanyak kurang lebih 60 buku.
Kegiatan kami berikutnya adalah ketika diajak untuk menghadiri Launching WJLRC Jawa Barat di Pusdai Jawa Barat. Kami senang karena bisa menyaksikan secara langsung kegiatan tersebut.  Kami  diijinkan membawa dua siswa sebagai perwakilan peserta .Tapi yang paling penting adalah  ingin menunjukkan kepada siswa kami bahwa kegiatan yang mereka lakukan itu besar dan intelek bukan kegiatan ece-ece yang seperti teman-temannya bilang.Sepulang dari sana mereka yang mewakili disuruh menceritakan kepada teman-temannya bagai mana meriahnya kegiatan yang mereka saksikan.Mereka bercerita bertemu Bapak Wakil Gubernur dan Ibunya.

Bulan kelima tantangan mulai goyah. Anak-anak mulai merasa jenuh sehingga kami berusaha menotivasi mereka dengan berbagai cara agar mereka tetap survive dalam mengikuti kegiatan tantangan ini sampai selesai. Kami mengajak mereka ngobrol dan bercerita bahwa kegiatan kita itu kegiatan tingkat provinsi. Kami sharring dengan teman-teman perintis yang lain cara mengatasi kejenuhan yang dialami siswa.
O iya selain siswa yang diberi tantangan , kami guru perintisnya pun diberikan tantangan membaca yaitu sebanyak 10 buku selama 10 bulan.Mungkin taman-teman akan mmemandang sebelah mata ya ? masa guru hanya 10 buku? Mungkin pertimbangan mereka yang di atas karena selain membaca guru itu harus membimbing pererta WJLRC (hehehe membela diri) dan kami mencoba mengikutinya sambil membimbing mereka.
Bulan-bulan berikutnya kegiatan berlangsung naik turun . Hal ini dikarenakan di sekolah banyak kegiatan yang dilakukan dan melibatkan siswa. Dimulai dengan HUT Sekolah, PTS, UN, US , dan lain sebagainya yang kami pikir ada pengaruhnya terhadap naik turunnya kegiatan WJLRC di sekolah kami.

Sampai akhirnya tamatlah bulan ke sepuluh dari kegiatan itu. Kami sebagai pembimbing sudah pasrah dengan hasilnya. Hal ini dikarenakan mereka dengan berbagai alasan berkurang waktu untuk membacanya.
Bulan pertama tahun ajaran berikutnya kegiatan GLS kembali jalan di tempat karena dengan berbagai alasan kegiatan ini dihentikan. Kami menyayangkan kegiatan sebagus ini harus dihentikan hanya karena pemindahan kekuasaan. Tapi apalah artinya kami mungkin , karena pemangku kekuasaan lebih berhak menentukan kegiatan mana yang harus diprioritaskan.

Kegiatan GLS di sekolah kami dilakukan dengan melakukan membaca bersama setelah berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di lapangan. Kegiatan GLS di sekolah kami dilanjutkan dengan membaca 15 menit sebelum pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan agar kecintaan siswa terhadap kegiatan membaca lebih baik.
Kabar baik datang pada bulan keempat semester ini walau baru selentingan atau kabar angin . Kabar baiknya adalah karena sekolah kami termasuk ke dalam sekolah yang terbawa untuk mengikuti Jambore Literasi atau Puncak tertinggi dari kegiatan WJLRC ini. Setelah sekian lama akhirnya kabar anginnya sampai. Dan taraaaaaa  ternyata benar bahwa siswa dari sekolah kami termasuk dalam peserta Jamlit di Kiara Payung Bandung. Uhhhhh senangnya bukan main. Kami langsung menghubungi siswa yang terbawa dan menyuruh mempersiapkan diri.

Disamping kegembiaran , kesedihan juga ada karena mereka yang tidak terbawa menyesal dan menanyakan kapan kegiatan WJLRC ada lagi. Huft sebagai pembimbing sih sedih karena tidak bisa mengantarkan mereka ikut Jambore semua. Tapi apalah daya .... semua sudah terjadi.Kesedihan berikutnya adalah karena kami pembimbingnya tidak ada yang lolos ikut Jamlit karena ketidakkonsistenan dalam mereviu bukunya. Dan kami sebagai guru , malu kalah konsisten dengan mereka.

Di Bumi Perkemahan Kiara payung mereka mengikuti Jambore dengan senang dan gembira. Kegiatan demi kegiatan mereka lakukan. Panas dan terjalnya medan tidak menjadikan mereka lelah. Mereka tetap gembira dan bertemu dengan teman-temannya komunitasnya se-Jawa Barat.

Saat mengikuti Jamlit di Kiara Payung  misi tersembunyi  kami sebagai pembimbing adalah mempertemukan mereka dengan komunitasnya dan membuktikan kepada mereka bahwa mereka bukan kaum minoritas.

Setelah selesai mengikuti Jamlit  Kiara Payung di perjalanan mereka bercerita kesenangan mereka mengikuti kegiatan tersebut dan bahkan mereka berjanji kalau nanti di SMA ada lagi kegiatan itu akan mereka lanjutkan.

Kegiatan GLS di sekolah pasca Jamlit adalah melanjutkan perjuangan membudayakan dan membiasakan siswa untuk membaca baik melalui pembiasaan ataupun kegiatan lain .
Seperti halnya hari ini kegiatan pembiasaan kami dimulai dengan berdoa , bernyanyi dan membaca. Setelah membaca kami diabsen dan memasuki kelas masing-masing untuk memulai kegiatan pembelajaran

                                                             Ai Sumartini Dewi
                                                          Guru SMPN 1 Cibogo
                                                             FB: Ai Smart Dhewi
                                                           IG : ai_sumartini_dewi
                                                     Email: dhewiaris@gmail.com
                                                       Blog: Dhewi'blogspot.com

22 komentar:

  1. Bu Ai, kegiatan sekolahnya keren.

    BalasHapus
  2. Bu Ai, kegiatan sekolahnya keren. Sukses selalu bu Ai🥰👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih BuLatifah dah mampir, aamiin yra.

      Hapus
  3. Joz mantul sekali lanjutkan. Mampir k cakinin.blogspot.com

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. terima kasih BuTitin dah mampir, aamiin yra

      Hapus
  5. Di balik sekolah yang keren afa guru ysng hebat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bunda, sebetulnya ada tim yang kompak

      Hapus
  6. Mantap Bu, GLN di Spensgo...👍👍💪💪💪

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. hatur nuhun Buketu, berkat bimbingannya juga

      Hapus
  8. Siiiplah ... mantul bgt ... salam AKSI ... 💪💪💪

    BalasHapus