Kuketuk pintu rumahnya yang terbuat dari bilik, tidak ada jawaban. Setelah beberapa kali kuulangi akhirnya terdengar juga suara langkah kaki yang seperti diseret berjalan mencapai pintu. Terdengar suara grendel pintu berderit dan muncullah kepala seorang perempuan tua yang rambutnya penuh dengan uban. Aku menyapanya dan dia mempersilakan saya untuk duduk. Aku bertanya betulkah ini rumah Angga? Nenek mengangguk, lalu aku ceritakan bahwa beberapa hari ini Angga tidak masuk sekolah. Dia mengangguk juga. Kuberanikan diri untuk menanyakan Angga dan beliau menjawab Angga ada di sungai. Aku minta izin untuk menemuinya ke sungai dan beliau mengangguk sambil menunjuk ke arah utara. Tanpa bertanya lebih lanjut aku menuju sungai tersebut. Aku penasaran kenapa Angga lebih memilih main di sungai dari pada berangkat sekolah. Beberapa pertanyaan sudah kususun di kepalaku. Tidak berapa lama aku sampai dan tak kulihat anak bermain air. Aku celingukan dan akhirnya disapa sama seorang bapak-bapak. Aku menjawab kalau aku mencari Angga. Beliau menunjukkan ke arah selatan pinggir sungai. Beliau memanggil anak yang sedang memanggul pasir dalam karung." Angga ini ada yang nyari." Ucap beliau sambil melambaikan tangannya. Anak tersebut dan nengok padaku. Dia menyimpan pasir dan menghampiriku. Aku tercekat. Anak yang selama ini aku cari ternyata sedang berlumuran pasir. Aku menyapanya dan dia menunduk. Bapak yang tadi menjelaskan kalau Angga itu seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya. Sehari-hari dia bekerja menggali pasir untuk mencari uang untuk membeli beras. Biasanya dibantu neneknya. hanya beberapa hari ini neneknya sedang sakit. Aku tak sanggup mendengarkan cerita lebih lanjut. Air mataku tak terbendung.
Aku mengusap kepala Angga, dia hanya menunduk. Dia mengatakan bahwa beberapa hari ini dia nggak sekolah karena harus mengumpulkan uang untuk membawa neneknya ke rumah sakit. Aku tak bisa berkata apapun. Aku menuntunnya pulang menuju rumah neneknya. Aku berbicara ke nenknya kalau besok akan datang lagi dan membawa neneknya Angga ke rumah sakit. Mereka diam, menunduk, dan berpelukan. Matanya berbicara segala derita yang haraus mereka jalani dan dalam diamnya mengatakan terima kasih.
Ai Sumartini Dewi
Guru SMP N 1 Cibogo
FB: Ai Smart Dhewi
IG: ai_sumartini_dewi
Email: dhewiaris@gmail.com
Blog: Dhewi's blogspot.com
Jadi baper bacanya, keren busay...
BalasHapusMakasih say sudah mampir,aamiin yra
HapusAngga..kmu anak hebat..
BalasHapusTerima kasih sudah mampir Bu
HapusBanyak sekali di luar sana orang yang kurang beruntung.
BalasHapusIya Bunda dan saya terinspirasi, terima kasih sudah mampir
HapusItu kisah beneran murid Ibu? Ikut nangis bacanya?
BalasHapusbanyak kisah seperti itu buPrap seandainya kita bermain-main. terima kasih udah mampir
HapusSubhanalkah. Smg Allah memberi kemudahan bu.
BalasHapusAamiin yra, terima kasih sudah mampir
Hapussemoga banyak bu guru yang lain seperti bu dhewis ... Aamiin
BalasHapusaamiin yra, terima kasih sudah mampir buNanik
HapusIkut terbawa perasaan bacanya bu Dhewi.
BalasHapusTerima kasih Bu sudah mampir
HapusBetul ibu diluar sana banyak saudara kita yang mengalami hal yang sama..
BalasHapusIya Pak, di sekitar kita masih banyak yang tak terlihat kasat mata
HapusAlhamdulillah jk masih ada yang peduli
BalasHapusInsyaAllah yang peduli itu pasti ada , hanya kadang ada yang tak ingin terlihat.
HapusSangat menggugah... Kereeenn...
BalasHapusTerima kasih sudah mampir, aamiin yra
HapusBener2 baper lg
BalasHapusTulisannya mengena
Terima kasih apresiasinya BuMila dan sudah mampir
HapusKeren Bun..jadi terhanyut kebawa .Arus ceritanya
BalasHapusTerima kasih sudah mampir Bu
Hapus