Sabtu, 25 Desember 2010

AKU dan ANAK ITU

Siang itu cuaca sangat terik.Pepohonan mengeluh karena tubuhnya terbakar sang raja siang. Orang-orang sepertinya enggan menginjakkan kakinya keluar rumah. mereka lebih memilih berdiam di rumah ditemani sang Televisi atau nonton DVD.Farah masih melangkahkan kakinya menuju loket pembayaran listrik.Tagihan
Listrik untuk bulan ini sangat membengkak. Hal ini mungkin dikarenakan oleh berbagai alat rumah tangga yang dipakai di rumahnya semua menggunakan tenaga Listrik.

Tiba di loket Farah menulis nomor rekening rumahnya pada sehelai kertas yang disediakan oleh teller.

Lalu dia menyodorkan kertas tersebut.

" Silakan tunggu dulu mBa....." ujar teller itu sambil tersenyum manis.

" Pantes aja dia diterima di Bank ini, selain cantik...ramah..." bathin Farah menggerutu.

Lalu dia duduk di kursi yang telah disediakan oleh karyawan Bank tersebut sambil baca komik kesukaannya.

Tak lama kemudia:

" Bapak Abdul Gani...." lembut suara teller itu memanggil nama bapakku.

" ya....saya...." ujar Farah singkat sambil menganggukkan kepala.

"Tiga ratus lima pulh ribu delapan ratus rupiah ..mBa..." katanya.

" wah...nggak kemahalan mBa..." ujarku.

" maaf mBa...jumlah itu yang tertera di layar kami." Dia menjawab masih dalam situasi ramah.

" O ya udah...." kataku sambil mengeluarkan uang sejumlah yang disebutlkan tadi.

Setelah membayar tagihan listrik, maka aku langsung menuju mini market sebelahnya karena ada beberapa barang yang harus aku beli. Aku masuk dan mendorong kereta dorong untuk mengumpulkan barang belanjaanku. Kumulai buka catatan daftar yang harus dibeli. Tanpa sengaja aku melihat seorang bocah kecil sedang berjalan tertatih-tatih membawa sekantung permen.

Dia menghampiriku dan menunjukkan kantong permen itu padaku.

"ni...ni...ni....men..men..." ujarnya lucu.

" Kenapa sayang?" ujarku sambil tersenyum karena dia masih sangat kecil.

" ni..men..mau..." dia masih berceloteh mengikutiku.

"waduh...ibunya mana sih?" pikirku dalam hati.Farah mulai nggak konsentrasi belanjanya karena terganggu oleh celotehan anak itu yang selalu mengikutinya.Ku ambil inisiatif, barangkali kalo permennya dah kuberikan dan kubayar dia nggak akan mengikutiku terus.maka aku bawa anak itu ke kassa, dan permennya aku bayarkan dan bilang sama kasirnya untuk anak kecil supaya dia tidak menganggu konsentrasi belanjaku. kasir itu tersenyum tanda mengerti.

Lalu aku berikan permen itu . Dia seneng dan loncat-loncat sambil geleng-geleng kepala. Lucu memang.

Aduh orang tua nya kok tega sih membiarkan anak selucu ini berkeliaran di mini market sendiri. Orang tua bukan sih Dia...gimana kalo ada yang nyulik...batinku masih berceloteh.

Aku terkaget karena ada yang menarik-narik rokku.

"siapa sih..? " nakal banget dan iseng.

Saat mau kutarik aku terkaget-kaget ternyata anak kecil itu lagi yang menarik bajuku. Aduh...mimpi apa sih aku semalam...bathin farah sebel.

mBa....ibu anak ini mana sih? kataku mulai merasa terganggu.

Maaf mBa dari tadi anak ini berjalan sendiri, kami kira mba ibunya ...soalnya pas melihat mBa langsung nyamperin" kata pramuniaga minimarket itu tanpa ekspresi.

Hah....anakku" pekikku tanpa sadar.mBa aku kan masih kuliah masa dah punya anak! gerutuku.

Aku hendak bergegas pergi ketika suara tangisan anak itu terdengar di telingaku.

"Aduh apalagi sih...???" aku mulai panik apalagi hampir semua mata tertuju padaku.Bahkan ada yang nyeletuk segala.

"mBa anaknya tuh digendong, kasihan." kata salah seorang pengunjung tanpa merasa bersalah.

Aduh..itu bukan anakku" aku nggak kenal dia" ujarku tak mau kalah.

"lalu anak siapa? dari tadi nyari-nyari ibunya dan pas melihat mBa dia ngikutin mba..." kata yang lainnya.

Aku panik dan kehilangan akal sehatku.lalu kuangkat anak kecil itu dan kutanya:

"Siapa mamamu sayang? dan sekarang sedang kemana?" tanyaku nyerocos.

Dia malah nyender di bahuku seolah dia mengenalku dah lama. aku tambah bingung.Anak siapa ini.

Setelah beberapa lama aku berinisiatif untuk membawanya ke pos polisi terdekat. Aku menggendong anak itu menuju ke sana.

"Maaf pak...saya mengganggu" sapaku kepada Polisi yang ada di pos.

"Iya De ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.

"Ini Pak saya menemukan anak ini di mini market dan nggak tahu ibunya kemana?" ujarku

"lalu? "ujar polisi yang satunya.

"Iya saya mau pulang....anak ini saya titipkan ke bapa aja ..barangkali nanti ada seseorang yang mencari anaknya yang hilang." lanjutku.

"o boleh...." kata Polisi itu kebali.

Maka aku menyodorkan anak itu kepada beliau tapi alangkah kagetnya aku ketika anak kecil itu meronta-ronta menolak untuk digendong polisi itu. mereka bergantian mefraihnya, tapi tetep tak ada hasil.Malah tambah kenceng suara tangisannya.

Akhirnya Polisi itu mengajukan saran agar aku membawa anak itu pulang ke rumah dan bila nanti ada yang mencari anak kecil dengan ciri-ciri sama dengan anak itu maka akan diantar ke rumahku.

daripada berkepanjangan akhirnya kusetujui juga usul polisi itu sambil kebingungan, mau diapakan anak kecil itu di rumahku.

Kutuuliskan nama,alamat dan nomor ponselku dan kuberikan pada polisi itu.

aku naik taksi pulang menuju ke rumahku.Tba di rumahku Ayah kaget aku membawa anak kecil.

"Anak siapa Far...." kata ayahku

"nggak tau yah....ini ada di mini market dan nangis ingin ikut aku." ujarku sekenanya.

"Lalu gimana nanti kalo ayah ibunya mencari far..." kata beliau sambil menatap anak kecil itu.

"farah dah memberikan alamat kita Yah...." jawabku

"Aduh orang tuanya tega banget ya....masa anak sekecil ini ditinggalkan di mini market" gerutu ayah.

Aku membisu.Lalu kuturunkan anak kecil itu dan dia berjalan menuju Ayah. dia menarik telunjuk ayah vdan mengajaknya main keluar. Aku heran kenapa anak itu seperti merasa tak asing dengan ayah.

Sambil berjalan pelan ayah terus melihat anak kecil itu. Ayah menatapnya begitu dalam dan terus seperti itu.

Lalu ayah menangis tersedu-sedu. Aku kaget.

"Ayah kenapa? dia nakal?" tanyaku.

Ayah menggelengkan kepala.

Ayah terus menangis dan menangis sambil menunjuk ke anak itu dan aku.

aku bingung dan tak bisa berbuat apapun.

seminggu setelah kejadian itu ayah jatuh sakit dan beliau dirawat di Rumah sakit. Aku dengan penuh cinta danm sayang menungguinya . Pada hari kelima ayah dirawat, ayah memanggilku. ayah dah nggak bisa berbicara. aku dan ayah hanya berkomunikasi lewat tulisan.

Dan tepat pada pukul 12 siang ayahku pergi menghadap Illahi dengan menggenggam selembar kertas yang telah dilipatnya. sambil menangis aku mengambil surat itu dan kubaca.

"...."

Farah anak yang ayah cintai.....

ayah dah nggak kuat lagi ...ayah harus pergi...dan kamu jangan menangis.

ada satu cerita tentangmu yang ayah pendam selama ini, bahwa kejadianmu kemarin sama persis dengan yang ayah alami 20 tahun yang lalu.Ayah menemukanmu di mini market ketika ayah sedang belanja. jadi ayah titip jaga dan rawat anak itu seperti ayah merawatmu.

....

Aku nggak kuat lagi dan tak ingat apa-apa lagi.

sampai aku berada di satu ruangan yang tidak aku kenal yaitu suatu rumah yang katanya rumah orang tuaku. Aku bingung dan aku tak tahu. hanya yang aku mau tahu adalah dimana anak kecil itu dan aku ingin memeluknya dengan penuh CINTA dan kunamakan bocah itu FANI yang berarti Farah Gani.



Subang Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar