Kamis, 04 Februari 2021

Rambutan

 


Hujan masih turun gerimis ketika kami bubar dari sebuah kedai bakso. Tentunya setelah kenyang makan bakso dan berceloteh sampai lidah terasa kering karena sambil bercerita tak henti- hentinya kami tertawa. Ada saja yang kami tertawakan, mulai dari tingkah kami di situ sampai tingkah kami sebelum hari itu. Kamu berkumpul tanpa sengaja karena masa ini masih pandemi jadi beberapa kali mau ketemuan dan beberapa kali pula gagal dengan berbagai alasan dan kepentingan. 

Kami bubar karena senja sudah mau melesapkan jingga. Aku berpisah di depan kedai baso tentunya setelah kami selfi-selfi  bersama. Kami berbeda arah. Satu orang naik angkot ke arah timur dan bertiga naik angkot ke arah barat. Jangan kaget ya... kami memang penggemar angkot, jadi kemana pun pasti naik angkot hehehe.

Dalam angkot masih kami lanjutkan cerita-ceritanya seperti tak ada habisnya. Di perempatan turun satu orang dan kami hanaya tinggal berdua yang naik angkot sampai terminal. Setelah sampai di terminal temanku mau mampir ke ATM, katanya mau ambil uang dan transfer. Kami masuk dan melakukan transaksi. Setelah selesai kami berpisah dengan naik angkot yang berbeda. Angkot yang aku naiki kosong dan baru aku sendiri. Aku duduk sambil memeriksa pesan di HP kalau-kalau ada pesan masuk. Tak berapa lama naiklah seorang ibu dengan membawa dua anaknya. Anaknya laki-laki dan Ibu terlihat mengangkat karung dan kresek. 

" Permisi ya... " Ujarnya sambil memasukkan karung dan menyuruh anak-anaknya duduk.

" Iya Bu, mangga." Jawabku sambil masih tetap memeriksa beberapa pesan masuk di HPku.

" Hujan terus dari pagi." Ucap beliau memulai percakapan. 

Aku memasukan HPku ke saku karena aku pikir ibu mengajakku ngobrol. Lalu aku menoleh ke Ibu tadi.

" Iya Bu sudah beberapa hari memang hujan terus. " Jawabku sambil menatap si Ibu. 

" Iya tadi juga mau naik pohon sangat licin jadi diambilnya pakai gantar. " Ujar beliau. 

Tak berapa lama dia mengeluarkan tiga buah rambutan dan memberikannya padaku. 

" Nyobain ya... ini rambutan marpuah." Ucap si Ibu sambil menyimpannya di pangkuanku.

Sejenak aku bingung, Dalam hati aku berpikir ambil nggak ya? Jujur aku dilema dalam hatiku.

Kalau aku ambil sedikit dan khawatir dia juga dapat membeli tetapi kalau tidak kuambil khawatir Ibu tadi tersinggung karena niat baiknya aku tolak. 

" Dicoba ya..., manis banget loh." Ujar Ibu sambil dia juga membuka dan memakannya. 

" Iya Bu , terima kasih." Jawabku sambil masih bimbang. 

Sepanjang perjalanan aku berpikir keras untuk mengembalikan atau menerimanya. Tentu dengan alasan-alasan yang aku pikirkan sendiri. Dengan segala aspek baik dan buruknya. Setelah aku hampir sampai di pemberhentian yang biasa aku turun dari angkot, aku memutuskan untuk mengambilnya. Aku sangat menghargai niat baik Ibu yang ingin rejekinya dibagi kepadaku. Terlepas dia kurang atau lebih yang penting aku sangat menghargai niat baiknya. 

" Ibu terima kasih rambutannya ya...." Saya turun duluan." Ujarku sambil menggenggam  tiga butir rambutan tersebut. 

" Iya sama-sama." Jawabnya. 

Aku turun dan bersyukur ternyata di era pandemi ini masih ada orang yang ingin berbagi rejekinya dengan sesama. Aku tersenyum sambil menggenggam tiga butir rambutan tersebut dan berjalan menyusuri jalan menuju ke rumahku. 


 Ai Sumartini Dewi

Guru SMPN 1 Cibogo Subang

email: dhewiaris@gmail.com

IG: ai_sumartini_dewi

FB: Ai Smart Dhewi

Blog: Dhewi's blogspot.com

Senin, 18 Januari 2021

Minah

 


Pagi-pagi Minah sudah siap berkemas mau berangkat sekolah. Dia dengan mata yang berbinar menyanyikan lagu kesukaannya. Sambil menyisir rambutnya yang lurus panjang. Setelah dia mematut dirinya rapi, dia mengulas senyumnya yang sangat manis. Lalu dia berjalan menuju dapur untuk pamit sama ibunya. 

"Bu Minah berangkat sekolah ya..." Ujarnya sambil mengulurkan tangan dan mencium tangan ibunya dengan penuh kelembutan.

" Iya Nak, yhati-hati di jalannya ya..." Jawab ibunya sambil menatap wajah anaknya yang sudah beranjak remaja. 

" Iya Bu, Minah akan selalu hati-hati." Ujarnya sambil menuju pintu depan rumahnya yang sedari tadi sudah terbuka. 

Minah merupakan anak semata wayang ibu Ami dan bapa Wasnah. Sedari kecil selalu dihujani kasih sayang yang berlimpah. Maklum Minah merupakan anak yang paling ditunggu-tunggu karena setelah Bu Ami dan pak Wasnah menikah 20 tahun baru lah dikaruniai putri. Jadi tak terbayangkan betapa ayah ibunya sangat sayang kepada Minah. 

Sambil senyum dikulum Minah mengambil sepatu dari rak dan memakainya.Setelah dirasa pas dengan penampilannya Minah pun berangkat menuju rumah Ratih yang hanya beberapa meter dari rumahnya. 

" Asalamualaikum, Ratih yu berangkat barengan. " Panggil Minah sambil memainkan rambutnya yang dikuncir.

" Sebentar Minah, aku masih sarapan." Jawab Ratih dari dalam rumahnya.

" Iya Ratih, aku tunggu di depan ya..." Ujar Minah.

Tak berapa lama Ratih keluar dengan membawa tasnya dan memakai sepatu. Lalu mereka berangkat berdua. Mereka teman sejak kecil karena rumah mereka yang berdekatan. Di jalan sesekali mereka ngobrol diselingi tertawa bersama. Tak berapa lama mereka saampai di sekolah dan heran mengapa sekolah sepi.

" Tih kenapa sekolah sepi ya?" Tanya Minah sambil menatap Ratih yang sama-sama kebingungan.

" Nggak tahu Min, ayo coba kita tanya sama mang Adas." jawab Ratih sambil matanya mencari-cari sang penjaga sekolah yang biasa mangkal di pos satpam. Lalu mereka pun menuju pos satpam. Setelah bertemu dengan yang dia cari lalu Minah bertanya.

" Pak kok sepi, pada kemana? " Tanya Minah dengan penuh selidik.

" Loh kan sekarang hari Minggu Minah." Jawab mang Adas sambil tertawa geli.

" Masa sih Mang, sekarang kan hari Senin." Jawab Minah tak mau kalah.

" Minggu Minah , besok baru harinSenin. " Ujar Mang Adas masih tertawa.

" Ratih beneran ini hari Minggu? Tanya Minah.

" Aku lupa Min, ya ampun pantes waktu kamu nyamper ke rumah kakaku bingung melihat aku pakai seragam." Jawab ratih sambil tertawa terbahak-bahak.

" Masa sih aku luap hari Ratih, bener kok sekarang hari Senin." Ujar Minah masih keukeuh dengan pikirannya. 

" Ayo kita pulang aja Min, lalu tanya mamah." Jawab ratih sambil menarik tangan Minah.

" Min inget nggak tadi waktu kita bernagkat?" Tanya ratih.

" Kenapa Ratih?" Jawab Minah.

" Itu orang-orang pada heran kali ya lihat kita, hari Minggu malah pakai seragam. " Ujar Ratih sambil menatap Minah.

" Iya yah, aku pikir mereka yang linglung, kok aku yang linglung sih Tih." Kata Minah sambil tak habis pikir dengan pikirannya sendiri yang menganggap hari ini hari Senin. 

Sesampai di rumah mereka langsung melihat kalender dan bertanya pada ibunya. 

"Bu hari ini hari apa?" Tanya Minah.

" hari Minggu." Jawab ibunya pasti.

" Ih ibu kenapa nggak bilang dari tadi sih... Minah kan malu." Ujar Minah malu dengan dirinya sendiri, ibunya dan orang-orang yang tadi pagi melihatnya pergi ke sekolah berseragam.

" Ibu pikir kamu ke sekolah ada kegiatan Min, bukan karena lupa hari." Jawab ibunya sambil mulai tertawa melihat tingkah putri semata wayangnya.

" Ah ibu, aku jadi malu sama mang Adas dibilang ngelindur. " Akhirnya Minah pun tertawa merasakan tingkahnya hari ini. Lalu dia segera mengganti pakaian seragamnya dan langsung membantu ibunya di dapur. 

Jumat, 18 Desember 2020

Nenek

 


Sang raja siang sudah hampir menggelincir menuju peraduannya. Burung di kaki langit berlarian hendak menemui induknya. Angin bertiup sepoi-sepoi menggelitik telingan dedaunan. Udara menggigit kulit Alisa yang sedang berjalan menyusuri pematang sawah untuk menuju rumahnya. 

Alisa sore itu baru pulang dari rumah neneknya yang letaknya agak jauh dari rumahnya. Alisa disuruh ibunya untuk menengok neneknya. Kemarin sore ada yang mengabarkan bahwa neneknya agak kurang enak badan. Ibunya Alisa tidak langsung menengok ibunya karena dia sendiri juga kurang enak badan. 

Pas kumandang azan magrib, Alisa sampai di teras rumahnya. Dia langsung menghampiri ibunya. 

" Lis gimana keadaan nenek ? " Tanya ibunya sambil duduk dekat Alisa.

" Sudah mendingan Bu." Jawab Alisa. " Tadi juga sudah Alisa ajak ke dokter tetapi kata nenek nggak usah."

" Kenapa?" Tanya Ibunya. 

" Sudah enakan katanya." Jawab Alisa sambil pamit pergi menuju kamar mandi. Dia mau mengambil air wudu dan menunaikan solat magrib. Tak lama berselang ibunya pun menuju musola untuk solat magrib juga.

Selepas solat magrib seperti biasa Alisa menyiapkan makan malam untuk ayah ibunya di ruang makan. Setelah ditata dengan rapi makanannya, Alisa memanggil ibu dan ayahnya. 

" Bu ayo makan malam dulu supaya bisa langsung minum obat." Ujar Alisa menghampiri ibunya.

" Iya, coba sekalian panggil ayahmu di ruang TV ." Jawab Ibunya sambil berjalan menuju ruang makan.

Tak berapa lama ayahnya pun menuju meja makan dan langsung makan bersama. Setelah selesai makan, Alisa memulai pembicaraan dengan ayah dan ibunya.

" Yah, Bu kenapa nenek ngga tinggal di rumah kita saja?" Tanya Alisa sambil mengupas dan makan jeruk. Ayah dan ibunya tidak langsung menjawab melainkan saling berpandangan. Dan akhirnya ayahnya menjawab.

" Kalau ayah  dan ibu sebetulnya senang nenek tinggal di sini karena kita akan lebih mudah mengawasinya. Jawab ayahnya sambil menyeruput teh manisnya.

" Tetapi nenek tak pernah mau tinggal lama di rumah anak-anaknya Lis." Ibunya menambahkan.

" Kenapa?" Tanya Alisa penasaran.

" Nenek bilang kalau rumah nenek ditinggalin nanti sepi." Jawab ibunya.

" Nenek masih betah tinggal di sana, katanya kalau kakek pulang takut nggak ada siapa-siapa." tambah ibunya sambil merapikan meja makan.

" Loh kan memang kakek sudah nggak ada Bu." ujar Alisa bingung.

" Iya Lis tetapi menurut nenek, kakek masih suka pulang untuk menengok nenek. : imbuh ibu sambil tatapannya menerawang jauh. 

" Oh gitu Bu, jadi menurut nenek, kakek itu masih ada?" Tanya Alisa.

" Nggak gitu juga, Nenek tahu dan sadar kakek sudah nggak ada tetapi menurut nenek sesekali kakek suka menengoknya terutama kalau nenek lagi sakit." Kata ibunya.

" Itu yang membuat nenekmu nggak mau meninggalkan rumah itu." Kata Ayah sambil menghampiriku.

" Kita nggak bisa memaksa nenek harus tinggal di rumah kita Lis dan kitaa harus belajar menghargai keputusan nenek. tetapi kita sebagai anak dan cucunya harus tetap menengoknya ke sana. " imbuh ayahnya. 

Alisa mengangguk tanda memahami keinginan neneknya walau Alisa masih belum paham dengan pemikiran neneknya. Dalam hatinya mungkin karena neneknya sudah tua dan dia berjanji akan selalu mampir ke rumah neneknya kalau sehabis pulang sekolah walaupun tidak disuruh sama ibu dan ayahnya. Dan tak lama Alisa pun tertidur lelap. 

Keesokan paginya Alisa sudah bersiap berangkat ke sekolah. Setelah sarapan selesai, dia pamit sama ibu dan ayahnya. Dengan diantarkan senyum dan doa kedua orang tuanya Alisa pun berangkat. Dia berniat sepulang sekolah mau mampir ke rumah neneknya.

Selepas penat belajar, Alisa pun mempercepat langkahnya agar bisa segera sampai di rumah neneknya. Memasuki teras rumah nenek Alisa mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tetapi sudah beberapa kali tidak terdengar suara jawaban dan langkah kaki nenek. Akhirnya Alisa pun segera menelfon ibunya. 

" Haalo Bu, Alisa di rumah nenek tetapi nenek tidak ada." Alisa panik.

" Halo Lis sudah kamu cari dan ditanyakan ke tetangga?" Jawab ibunya tak kalah panik.

" Sudah Bu dan mereka semua tidak ada yang melihat nenek keluar rumah." Ujar Alisa mendesah.

" Coba cari lagi atau kamu minta tolong tetangga buat buka pintu rumah nenek." perintah ibunya. 

Anisa tambah panik ketika nenek tidak ada di sekitar rumahnya. Dia mulai menangis sesenggukan. Tetangga pun sudah mulai membantu mencari neneknya Alisa. Air mata Alisa semakin mengalir tak tertahan bahkan tampak meraung-raung.

Tak berselang lama tiba-tiba ada yang menerobos masuk dan menanyakan ada apa rame-rame. Saat semua orang menoleh ternyata neneknya Alisa datang dengan bingung. 

" Kenapa cucuku nangis begitu." tanya nenek.

" Nenek huhuhuhuhu " Alisa malah menubruk nenek sambil nangis.

" Kamu kenapa Lis?" Tanya nenek lagi.

" Aku takut nenek ikut kakek huhuhuhuhuhu " jawab Alisa.

" Ih dasar cucu cengeng, " Ujar neneknya sambil menuntun cucunya menuju ruang tamu.

" makanya jangan kebanyakan nonton film aneh-aneh tuh."  Neneknya sambil terkekeh melihat kelakuan cucunya. 

" Ih nenek gitu, Alisa kan khawatir nenek kenapa-kenapa." Jawab Alisa manja.

" Ayo sudah bubar." Kata nenek kepada tetangganya. 

" Iya nek." Jawab yang lain serempak. 

Lalu Alisa memeluk neneknya tanpa mau lepas. Dan nenek pun tersenyum melihat kelakuan cucu kesayangannya yang walaupun sudah duduk di bangku SMa tetapi tetap cengeng dan suka repot nggak jelas. Alisa ngobrol sama neneknya sampai sore dan berjanji akan mengunjungi neneknya setiap puylang sekolah karena Alisa takut kalau neneknya nggak ada teman terus ikut pergi sama kakek. Dan nenek pun tersenyum bahagia. 



"

Kamis, 03 Desember 2020

Geliat di Tengah Pandemi

 


Udara masih sangat dingin. Hujan turun rintik-rintik mendukung untuk tetap berada di tempat tidur dan Tarik selimut. Suara burung berkicau dengan pedihnya seakan dia bersedih karena tak bisa bermain bebas. Aluna melihat jam dinding di kamarnya dan menunjukkan pukul 04.00. Dia menarik selimutnya dan bangun. Luna menyibakkan rambut dan mengikatnya dengan karet gelang. Lalu dia beranjak menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, terdengan suara adzan dari masjid yang letaknya tak jauh dari rumah Luna. Dia bergegas menunaikan ibadah solat subuh. Selesai solat Luna pergi ke dapur untuk membantu ibunya mencuci piring dan memasak air. Tak berapa lama ibunya bangun dan melihat anaknya sedang duduk membaca Al Quran.

“ Alhamdulillah anakku sudah bangun.” Gumam ibunya sambil  beranjak menuju kamar mandi.

Luna yang mendengar suara percikan air di kamar mandi berkata, “ Oh ibu sudah bangun.”

Luna beranjak menuju dapur dan melihat jerangan airnya lalu mematikan kompor.

“ Sudah mendidih Lun airnya?” Tiba-tiba ibu sudah ada di belakangnya.

“ Sudah Bu.” Ujar Luna sambal menarik kursi makan dan duduk menghadap ibunya.

“ Bu, hari ini Luna izin pergi ke sekolah ya…” Ujar Luna sambal menatap ibunya.

“ Mau apa? Bukannya masih belajarnya dari rumah? Ibunya balik bertanya.

Sambil menuangkan air teh ke gelas Luna berkata,: “Luna diminta dating ke sekolah Bu katanya ada kumpulan peserta yang mau ikut tantangan GLN Gareulis jabar.”

“ Oh gitu, iya boleh tetapi hati-hati di jalan ya… jangan lupa pakai masker, terus cuci tangan, dan jangan bergerombol. “ Jawab ibunya sambal memotong tempe tipis-tipis.

“ Iya Bu, Luna pasti ingat pesan ibu kan Luna juga mau sehat. “ Ujar Luna sambal menyeruput the manisnya.

“ Duduknya jaga jarak ya Lun, “ Ibu melanjutkan pesannya.

“ Iya Bu, nggak banyak kok pesertanya juga hanya 10 orang .” Kata Luna sambal mengingat-ingat jumlah temannya yang ikut tantangan ini.

Setelah izin sama ibunya Luna menuju kamar untuk berpakaian rapi dan menunggu Siska yang berjanji mau mengajaknya berangkat barengan. Setelah Luna rapi, lalu dia menyalakan TV untuk menonton berita.

“ Barangkali ada info menarik ah…” Gumam Luna sambal duduk di kursi depan TV.

“ Ada berita yang rame nggak Lun? “ Ibunya menghampiri Luna dan menemaninya nonton.

“ Seperti biasa Bu kebanyakan berita tentang Covid yang masih mewabah.” Ujar Luna.

“ Iya makanya kamu hati-hati Lun, mencegah lebih baik dari pada nanti kena.” Kata ibunya seperti khawatir.

Sedang berbincang dengan ibunya tiba-tiba Siska datang.

“ Asalamualaikum, Luna , Ibu “ Sapa Siska sambal menyalami ibu Luna.

“ Waalaikumsalam Siska, gimana sehat? Apa kabar ibu?  Jawab Ibunya Luna ramah.

“ Alhamdulillah baik Bu, Ibu juga sehat.” Ujar Siska sambal duduk dekat Luna.

Setelah duduk dan ngobrol beberapa saat, Siska mengajak Luna berangkat dan pamit sama Ibunya Luna. Tak lupa mencium tangan ibunya.

“ Ibu kami berangkat ya….” Ujar Luna berbarengan.

“ Iya hati-hati naik angkotnya.” Kata ibunya Luna sambal memandang anaknya lalu menutup pintu dan masuk kembali ke dalam rumah untuk melanjutkan pekerjaannya.

Luna dan Siska tiba di sekolah pukul 08.00 dan Nampak beberapa temannya sudah datang. Lalu Luna dan Siska menghampiri temannya.

“ Sudah lama Siti?” tanya Luna.

“ Lumayan , dari pukul 07.30.” Jawab Siti sambal memberi tempat duduk ke Luna dan Siska.

Tak berapa lama Bu Indah datang dan meminta kami berkumpul di ruang Literasi untuk membicarakan Teknik dan pelaksanaan kami mengikuti tantangan GLN tersebut. Setelah menghitung kehadiran kami, Bu Indah menanyakan Dinda yang Nampak belum datang.

“ Kemana Dinda? Ada yang tahu?” tanya Bu Indah.

“ Nggak tahu Bu.” Kata Siti.

“ Coba ibu minta tolong, Hubungi Lun kenapa Dinda belum datang.” Ujar Bu Indah.

“ Iya Bu. “ Jawab Luna sambal mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Dinda.

Setelah kelihatan berbicara, Luna menghampiri Bu Indah.

“ Bu, katanya Dinda nggak jadi ikutan.” Ujar Luna.

“ Kenapa? “ Tanya Bu Indah.

“ Katanya kan Covid Bu jadi malas ngapa-ngapain. .” Jawab Luna sambal garuk-garuk kepala seperti tidak gatal.

“ Ya sudah kalua nggak mau ibu nggak mau maksa ya… sekarang ayo siapa coba yang punya usulan untuk penggantinya? Ujar Bu Indah sambal membuka ponselnya.

“ Vina aja Bu.” Ujar Siti sambal menatap teman yang lainnya.

“ Ok, coba ibu minta no ponselnya. “ Kata Bu Indah.” Atau coba hubungi dulu sama Siti dan ajak.”

“ Iya Bu.” Jawab Siti sambal menenlfon Vina dan terlihat Vina mengiyakan untuk ikut.

Setelah Vina datang, Bu Indah menerangkan hal-hal yang harus dilakukan serta Teknik melaksanakannya. Nampak semua siswa serius memperhatikan penjelasan Bu Indah.

“ Covid itu bukan berarti kalian rebahan dan tak melakukan apapun ya nak, tetapi dalam melaksanakan kegiatan kita sehari-hari itu kita harus mengikuti aturan baru yaitu selalu mencuci tangan supaya bersih, memakai masker kemana pun karena covid menyebarnya lewat saluran pernapasan, dan menjaga jarak dengan teman sampai wabah ini berlalu dan diberikan vaksin. Tuh jadi ibu ceritanya kemana-mana deh. Ujar Bu Indah sambal tersenyum.

“ Nah coba dari paparan ibu yang Panjang itu ada yang belum kalian pahami ? Tanya Bu Indah selesai menjelaskan.

“ Paham Bu, tapi untuk Teknik meresume bagaimana Bu? Tanya Vina yang baru gabung.

“ Bagus Vina pertanyaannya. Nah untuk Teknik meresume kalian boleh memakai keempat Teknik ya… boleh AIH, Fish bone, Y-Chart, atapun Infografis. Lalu jika kalian kesulitan mendapatkan buku di rumah, boleh meminjam di perpustakaan ya… Ibu sudah bilang ke Bu Nisa untuk memberi kelonggaran waktu kepada kalian.” Ujar Bu Indah Panjang lebar. “ kalau tiba-tiba kalian perlu konsultasi sama ibu boleh kapan saja ya….”

“ Iya Bu siap.” Jawab mereka serentak.

“ Nah anak-anak… ibu jelaskan sekali lagi ya…. Masa Pandemi itu bukan berarti kalian boleh malas-malasan, tetapi harus tetap semangat karena semangat itu bisa meningkatkan imun yang ada dalam tubuh kita. Nah kebetulan kita mengikuti program ini jadi bisa mengisi waktu dengan menambah ilmu.

“ Iya Bu, siap dan laksanakan.” Ujar mereka sambal tersenyum. Setelah Bu Luma memberi pengarahan dan meminta siswa yang belum punya buku bacaan untuk ke Perpustakaan, pertemuan pertama ditutup dengan doa.

Kami beranjak ke perpustakaan dan memilih buku untuk dipinjam. Setelah mendapatkan buku yang dipinjam, kami pun pulang ke rumah masing-masing. Dengan niat yang baik kami bertekad untuk lolos tantangan ini. Kami yakin bisa dan bermanfaat untuk kehidupan kami. Kami naik angkot bersamaan walau harus jaga jarak. Seperti halnya tantangan GLN, Wabah ini juga memberi kebaikan pada kami yaitu agar kami selalu berhati-hati baik di sekolah, di rumah, ataupun di perjalanan.



                                                                  Ai Sumartini Dewi

                                                              Guru SMPN 1 Cibogo

                                                               FB: Ai Smart Dhewi

                                                                IG: ai_sumartini_dewi

                                                             Blog: Dhewi's blogspot.com

Selasa, 24 November 2020

PAS di Sela Pandemi

 

Penilaian Akhir Semester (PAS) merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan belajar siswa selama satu semester duduk di tingkatan kelas tertentu. PAS sudah biasa rutin dilakukan di sekolah-sekolah baik sekolah tingkat dasar ataupun menengah. Karena sudah biasa tentunya tidak akan banyak mengalami hambatan. 

Pandemi Covid-19 adalah suatu wabah yang datang dalam kehidupan kita tanpa bisa kita tolak ataupun kita hindari. Kita harus dapat menerimanya dengan berbagai usaha agar wabah itu tidak mencelakai kita dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dalam hidup. Menerima dan melewati suatu wabah tentunya bukan hal yang mudah. Semua perlu usaha yang keras dan konsisten. Sebagai suatu cara maka tentunya dibuat semenarik mungkin sehingga siswa tidak akan merasa kesulitan dalam melaksanakannya. Dan lahirlah AKB atau Adaptasi Kebiasaan Baru yang mengharuskan kita melakukan hal baru dalam kegiatan hidup sehari-hari diantaranya memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.

Sebagai suatu lembaga sekolah merupakan salah satu bidang yang terdampak. Dampak yang sangat terasa adalah semua siswa diharuskan belajar dari rumah. Sebagai suatu hal yang baru tentunya hal ini tidak mudah untuk kita terima dan lakukan. Memang saat pertama kali belajar dari rumah mungkin anak-anak senang karena tidak harus bangun pagi dan lain sebagainya. tetapi saat kondisinya mengharuskan lama maka kejenuhan mulai melanda termasuk dalam belajar daring. 

Dalam pelaksanaannya belajar daring itu banyak menemukan kendala baik dari siswa, guru, ataupun orang tua. Dan tentunya sebagai suatu lembaga pendidikan, sekolah berupaya memberikan yang terbaik kepada para siswanya. Semua cara dilakukan agar siswa nyaman dalam belajar walaupun situasinya tidak menyamankan. 

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pelaksaan PAS. Pelaksanaan PAS dilakukan secara daring melalui google form. Alasan memilih google form itu karena dianggap yang paling sederhana untuk dilakukan oleh siswa tanpa harus mengunduh suatu aplikasi. Tetapi ternyata kendala pun datang yakni ternyata tidak semua siswa di sekolah kami memiliki gadget. Sekolah pun berpikir keras bagaimana caranya agar mereka tetap melaksanakan PAS tanpa harus beli gadget. Maka akhirnya diputuskan PAS di sekolah kami menggunakan dua moda yaitu moda daring dan luring. 



PAS moda daring siswa tidak harus datang ke sekolah, mereka hanya memantau grup kelasnya pada saat wali kelasnya memberikan link soal. Sedangkan PAS moda Luring siswa diminta datang ke sekolah tentunya dengan mematuhi protokol kesehatan yaitu mencuci tangan, emakai masker, dan menjaga jarak. Jumlahnya pun tidak lebih dari 15 siswa per ruang. 

Setelah disisir meminta tolong wali kelas akhirnya diperolahlah data siswa yang akan mengikuti PAS moda luring. Adapun jumlahnya meliputi kelas 7 sebanyak 10 orang, kelas 8 sebanyak 10 orang, dan Kelas 9 sebanyak 15 orang. Dan mulailah PAS dilaksanakan.



Pada realitasnya tetap mengalami kendala yaitu mereka terbiasa bangun siang sehingga untuk bangun pagi perlu kerjasama antara wali kelas dengan orang tua yang ekstra. Hal ini dikarenakan banyak pula orang tua yang bekerja di pagi hari sehingga sebelum membangunkan putranya mereka harus sudah berangkat. Tetapi alhamdulillah seperti pepatah tak ada jalan yang susah jika kita mau berusaha. 

PAS daring dan luring pun berjalan dengan berbagai intrik. hasil maksimal itu tujuan kami sedangkan kendala adalah ujian kami. Semoga pandemi segera berlalu.



                                                                 Ai Sumartini Dewi

                                                               Guru SMPN 1 Cibogo

                                                          Blog: Dhewi's blogspot.com

                                                              FB: Ai Smart Dhewi

                                                             IG: ai_sumartini_dewi