Senin, 13 September 2010

"Dua Hati"

Udara panas tidak menghalang dia untuk melakukannya. Jalan sempit juga bukan rintangan untuk mempercepat laju motornya yang sangat kencang. Bahkan teriakan orang-orang di sekitar pun tak lagi dia pedulikan. Dia tancap gas tanpa melihat kiri dan kanan. Semua orang yang ada di situ menarik nafas karena
heran,melihat kelakuan kedua muda mudi itu.

Beberapa ratus meter dari situ terdengar bedebuk suara benda yang jatuh.Ternyata motor yang dikendarai perempuan itu terjatuh menimpa jemuran salah satu penghuni kompleks itu. Semua orang menjerit kaget dan memburunya karena dikhawatirkan terjadi sesuatu.Tapi bagai orang kesetanan juga perempuan muda itu kembali memacu motornya. Dengan geleng-geleng kepala warga menatap kejadian itu.

"Ehm....ehm....anak muda....emosi selalu saja menguasai akalmu", seorang warga nyeletuk.

"iya....gimana kalo kakinya terkilir", bu RT menambahkan

"semoga aja nggak apa-apa ya....", Kata Bu RT lagi.

"Kasian ya...masih muda kok suka berantem" yang lainnya ikut menyahut sambil membubarkan pasukannya.

He he he kayak lagi baris aja ya....soalnya warga yang melihat kejadian itu lebih dari 15 orang jadi ya...seperti sebuah barisan.Itu belum terhitung anak-anak yang ikut juga menonton.

"Pokoknya aku benci kamu", teriak suara perempuan.

"terserah, kalo kamu nggak percaya", suara yang satu tak kalah sengit.

"gimana aku percaya , kamu aku temukan dengannya", hardik perempuan itu lagi.

"Iya tapi percuma aku jelasin juga kalo kamu sudah nggak percaya lagi", suara cowok itu lagi.

Tak lama terdengar suara seperti piring dilempar. Prang! dan diikuti suara yang lainnya.Suara tangis bercampur denga histeris bersahutan.

Sampai akhirnya rumah itu penuh oleh penonton yang mau melihat kejadian yang menimpa keluarga muda itu.

"Panggil Pak RT", kata Bu Ijah.

"Iya betul,takut terjadi sesuatu." sela yang lainnya.

Tak lama Pak RT datang tergopoh-gopoh.

" Ada apa kok rame begini? " tanya pak RT kaget melihat warganya penuh mengerubungi rumah petak yang terletak di pinggir gang itu.

"Ini Pak...kasihan dari tadi ada yang berantem." jawab Bu Ijah.

"lho ada yang berantem bukannya dilerai, malah ditonton. "sela pak RT lagi.

"Takut Pa....kelihatannya perangnya besar", kata Bu Ati.

"Coba saya mau masuk", kata Pak RT lagi.

Diketuklah pintu rumah petak itu. Tak terdengar jawaban.Pak RT mengulanginya lagi dan akhirnya keluar laki-laki muda berkulit kuning langsat dengan menghisap sebatang sigaret.Pak Rt mengangguk dan laki-laki muda itupun mengangguk pula.

"Maaf De...".Pak RT memulai membuka pembiacaraan.

"Ya Pak...ada yang bisa saya bantu? "laki-laki muda itu menjawab tanpa kelihatan seperti telah terjadi perang saudara.

" Maaf tadi Bapak dengar ada suara yang teriak-teriak, barangkali Istri Ade sakit?" Pak RT melanjutkan pertanyaannya.

"Ah nggak Pa....Biasa istri saya itu kalo datang bulan suka begitu, kesakitan".Pemuda itu menjawab dengan ringan.

"O....begitu,maaf ya...kalo begitu bapa sudah lancang mengetuk,"Pak RTmelanjutkan.

"Bapa takut terjadi hal-hal yang menimpa warga saja atau ada warga yang sakit yang bapa nggak tahu.

Ok De.....bapak pamit ya.....mudah-mudahan istri Ade,cepet sembuh"Pak Rt menutup pembicaraannya .Pak Rt pamit dilanjutkan dengan bersalaman kepada anak muda itu.

Pak Rt keluar dan membubarkan warga yang tetep penasaran ingin melihat kejadian berikutnya.

Sejak Pak RT mendatangi rumah petak itu memang tidak terdengar lagi suara percekcokan lagi. Hanya yang terlihat sesekali kedua keluarga muda itu keluar masuk rumah secara bergantian.Kalau keluar rumah mata perempuan muda itu sering sembab, tapi tak ada yang berani bertanya kenapa karena selalu dijawab sakit bulanan sama suaminya....b enar-benar keluarga aneh.

sampai pada suatu hari.

Laki-laki muda itu tampak bergegas membawa ransel yang kelihatan isinya penuh.Rambutnya kusut masai. Bajunya acak-acakan.

Langkahnya tergesa-gesa. Mukanya ditekuk sambil sesekali menaikkan ranselnya. tiba di jalan Dia menyetop angkutan kota dan langsung naik.

Tak berapa lama setelah laki-laki muda itu pergi terdengar isakan di kamar petak itu.



to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar