Senin, 10 Agustus 2020

Tangisan itu


Sore itu angin berdesir dengan lembutnya. Kicau burung  mengiringi langkah Arini menuju kampusnya. Langkahnya terasa ringan diselingi senyumnya yang ceria. Janji dengan dosen pembimbing untuk melanjutkan skripsnya membuat Arini meletup-letup semangatnya. Tiba di depan ruangan, Arini merasa aneh karena suasana ruangan itu sepi. Padahal kemarin di telfon, beliau menjanjikan pertemuan konsultasi hari ini pukul 16.00 di ruang A.  Arini menengok ke kiri dan kanan ruangan tetapi tetap sunyi.

Beberapa saat Arini duduk di bangku yang tersedia di depan ruangan. mudah-mudahan dosennya datang walau mustahil. Arini tahu persis kalau dosennya tak pernah terlambat kalau buat janji. Tiba-tiba Arini mendengar isak seseorang yang sepertinya sedang menangis. Arini menajamkan pendengarannya dan didekatkan ke lubang kunci. Suara isak itu berubah menjadi suara tangisan. Arini berdiri tetapi tak mendengar suara lain selain tangisan. Bulu kuduk Arini mulai berdesir dan tanpa menunggu lagi Arini mencari bantuan barangkali ada satpam atau caraka. Tetapi tak terlihat seorang pun. Hari menunjukkan pukul 17.30. Arini lalu mencari hand phonenya untuk menghubungi sang dosen. " Duh lawbat" bisik Arini dalam hati. Arini mempercepat langkahnya menuju pintu gerbang depan. Tak sengaja berpapasan dengan seorang caraka. Dia kaget melihat Arini keluar bergegas dari pelataran ruangan  itu. 
Dia bertanya mengapa Arini berada di situ dan dijawab Arini mau konsul dengan dosbingnya. 
Caraka itu  mengatakan kalau dosbing yang dimaksud sudah keluar dari tadi siang katanya mau keluar kota. Dia mengatakan mungkin dia lupa memberitahu Arini. Arini menceritakan bahwa   tadi dia mendengar suara tangisan dari dalam ruangan itu yang dia kira ada seseorang di dalam. 
Caraka itu  tertawa, dan menjelaskan kalau ruangan itu dari tadi sepi dan sudah terkunci. 

Caraka itu   mengatakan bahwa sejak beberapa tahun belakangan ruangan itu tak pernah di pakai sore hari apalagi malam karena dulu  ada mahasiswa yang bunuh diri karena diputusin pacarnya. Jadi semenjak kejadian itu sering terdengar tangisan sore atau malam hari dan orang-orang mengira itu tangisan perempuan itu. Desi kaget dan lemas. 

8 komentar:

  1. Hebat, Bu Dewi udh bisa merambah ke genre cerita horor yaa...🙂👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe belajar berani buPrap, makasih dah mampir

      Hapus
  2. Hebat, Bu Dewi udh bisa merambah ke genre cerita horor yaa...🙂👍

    BalasHapus
  3. Cantik bu dhewis...jg kangen ama tulisan tulisannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir BuHusnul, kangen ngeblog rame-rame

      Hapus
  4. Hebat bun... Sudah istiqomah selalu menulis...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir BuSiti, aamiin yra

      Hapus