Aku tak menyesali keputusanmu untuk meninggalkanku.
Aku juga tak akan menangis sekalipun kau tinggalkan.
Di tengah danau tanpa galah dan sampan.
Aku juga tak menyesali.
Hatiku kau hancurkan laksana debu yang beterbangan.
Yang aku sesali adalah
Aku pernah percaya sama mulut manismu.
Aku pernah percaya dengan sumpah palsumu.
Dan akal sehatku buta terperdaya dengan tipu muslihatmu.
Kau tahu aku rapuh,
tapi bukan kau tuntun.
Kau tahu aku patah,
tapi bukan kau tahan.
Kau membiarkanku rapuh dan patah.
Di antara puing- puing yang terkoyak.
Kau membiarkanku tertiup angin,
tanpa sempat berpijak tanah.
Kau membiarkanku membisu dan membatu.
Kaku....
Ai Sumartini Dewi
Guru SMPN 1 Cibogo
hebat puisinya
BalasHapusTerima kasih sudah mampir tapi itu nyobain soalnya emang nggak bakat nulis puisi hehehe
HapusTulis aja truuus
BalasHapusterima kasih sudah mampir, nanti ngalir sendiri ya puisinya Bu?
HapusMantap puisinya ibu..larut merasakan makna yang terkandung seolah kembali ke 17 tahun lalu.
BalasHapusterima kasih sudah mampir Pak, nostalgia hahahah
HapusWaaah.... puisinya....
BalasHapusmakasih dah mampir Bu, hahahaha
HapusTOP... markotop
BalasHapusHihihihihi uah lama nggak bikin puisi, asa kumaha gitu
HapusKepak sayap... puitis.
BalasHapusterima kasih BuFuyi sudah mampir
HapusKeren puisinya ...
BalasHapusTerima kasih sudah mampir BuAnik
HapusKeren bu
BalasHapusmakasih sudah mampir Buketu
HapusMantap Bu
BalasHapusTerima kasih Bu sudah mampir
Hapus