Hujan masih turun gerimis ketika kami bubar dari sebuah kedai bakso. Tentunya setelah kenyang makan bakso dan berceloteh sampai lidah terasa kering karena sambil bercerita tak henti- hentinya kami tertawa. Ada saja yang kami tertawakan, mulai dari tingkah kami di situ sampai tingkah kami sebelum hari itu. Kamu berkumpul tanpa sengaja karena masa ini masih pandemi jadi beberapa kali mau ketemuan dan beberapa kali pula gagal dengan berbagai alasan dan kepentingan.
Kami bubar karena senja sudah mau melesapkan jingga. Aku berpisah di depan kedai baso tentunya setelah kami selfi-selfi bersama. Kami berbeda arah. Satu orang naik angkot ke arah timur dan bertiga naik angkot ke arah barat. Jangan kaget ya... kami memang penggemar angkot, jadi kemana pun pasti naik angkot hehehe.
Dalam angkot masih kami lanjutkan cerita-ceritanya seperti tak ada habisnya. Di perempatan turun satu orang dan kami hanaya tinggal berdua yang naik angkot sampai terminal. Setelah sampai di terminal temanku mau mampir ke ATM, katanya mau ambil uang dan transfer. Kami masuk dan melakukan transaksi. Setelah selesai kami berpisah dengan naik angkot yang berbeda. Angkot yang aku naiki kosong dan baru aku sendiri. Aku duduk sambil memeriksa pesan di HP kalau-kalau ada pesan masuk. Tak berapa lama naiklah seorang ibu dengan membawa dua anaknya. Anaknya laki-laki dan Ibu terlihat mengangkat karung dan kresek.
" Permisi ya... " Ujarnya sambil memasukkan karung dan menyuruh anak-anaknya duduk.
" Iya Bu, mangga." Jawabku sambil masih tetap memeriksa beberapa pesan masuk di HPku.
" Hujan terus dari pagi." Ucap beliau memulai percakapan.
Aku memasukan HPku ke saku karena aku pikir ibu mengajakku ngobrol. Lalu aku menoleh ke Ibu tadi.
" Iya Bu sudah beberapa hari memang hujan terus. " Jawabku sambil menatap si Ibu.
" Iya tadi juga mau naik pohon sangat licin jadi diambilnya pakai gantar. " Ujar beliau.
Tak berapa lama dia mengeluarkan tiga buah rambutan dan memberikannya padaku.
" Nyobain ya... ini rambutan marpuah." Ucap si Ibu sambil menyimpannya di pangkuanku.
Sejenak aku bingung, Dalam hati aku berpikir ambil nggak ya? Jujur aku dilema dalam hatiku.
Kalau aku ambil sedikit dan khawatir dia juga dapat membeli tetapi kalau tidak kuambil khawatir Ibu tadi tersinggung karena niat baiknya aku tolak.
" Dicoba ya..., manis banget loh." Ujar Ibu sambil dia juga membuka dan memakannya.
" Iya Bu , terima kasih." Jawabku sambil masih bimbang.
Sepanjang perjalanan aku berpikir keras untuk mengembalikan atau menerimanya. Tentu dengan alasan-alasan yang aku pikirkan sendiri. Dengan segala aspek baik dan buruknya. Setelah aku hampir sampai di pemberhentian yang biasa aku turun dari angkot, aku memutuskan untuk mengambilnya. Aku sangat menghargai niat baik Ibu yang ingin rejekinya dibagi kepadaku. Terlepas dia kurang atau lebih yang penting aku sangat menghargai niat baiknya.
" Ibu terima kasih rambutannya ya...." Saya turun duluan." Ujarku sambil menggenggam tiga butir rambutan tersebut.
" Iya sama-sama." Jawabnya.
Aku turun dan bersyukur ternyata di era pandemi ini masih ada orang yang ingin berbagi rejekinya dengan sesama. Aku tersenyum sambil menggenggam tiga butir rambutan tersebut dan berjalan menyusuri jalan menuju ke rumahku.
Ai Sumartini Dewi
Guru SMPN 1 Cibogo Subang
email: dhewiaris@gmail.com
IG: ai_sumartini_dewi
FB: Ai Smart Dhewi
Blog: Dhewi's blogspot.com