KEGIGIHAN AGUS
Ai Sumartini Dewi
Pagi ini udara sangat dingin , angin gemerisik menusuk lengan baju. Hangatnya sinar matahari tak mampu menenangkan suhu badan yang mengigil kedinginan. Dari kejauhan terlihat ada anak berseragam putih biru yang berjalan tergesa-gesa.Dia berjalan menghampiriku dengan napas terengah-engah..Keringatnya bercucuran dan kulit mukanya bersemu merah.
“Ibu...Ibu ini review AIH Agus bulan ini.” Ucapnya.
“Iya Gus, sudah berapa buah bulan ini Agus membuat reviewnya?”tanya Bu Ana.
“Baru dua Bu”, jawab Agus.
“Ok. ibu tunggu review selanjutnya ya......Gus” ucap Bu Ana kembali.
“Siap Bu” , kata Agus.
Dia berjalan tertatih kembali ke kerumunan teman-temannya. Kemudian bergabung dan nampak tak canggung .Dari jauh nampak Agus ngobrol dengan teman-temannya. Kelihatannya asyik banget. Sambil sesekali melihat temannya yang lain bermain futsal.Tak berapa lama terdengar bel masuk kembali berbunyi dan Agus beserta teman-temannya kembali masuk kelas.
Agus siswa kelas 8 D, Agus merupakan Siswa satu-satunya peserta WJLRC yang berjenis kelamin laki-laki. Entahlah kenapa yang lain tidak berminat ikut WJLRC., mungkin mereka berpikir membaca itu membosankan. Peserta WJLRC di SMP Permata ada 18 orang. Agus merupakan satu-satunya peserta laki-laki maka sisanya yang 17 orang itu tentunya perempuan.
WJLRC merupakan program Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan minat baca siswa. Dan tahun ini menyelenggarakan tantangan membaca kepada siswa untuk membaca dan mereview buku sebanyak 24 buah selama 10 bulan. Sebagai seorang guru Bu Ana langsungbergerak cepat menyeleksi siswa yang berminat. Dan dari seluruh kelas maka diperoleh 18 siswa. Mereka diberikan pengarahan tentang teknik dan segala yang berkaitan dengan program tantangan tersebut.
Sebagai pembina program WJLRC di sekolah, BuAna membuat planning yang harus dilakukan oleh Dia dan siswa-siswanya mulai jadwal pertemuan, validasi buku, membuat jurnal baca, dan mengumpulkan review. Karena review siswa itu harus diupload ke website jabarprov.id.
Di SMP Permata peserta WJLRC berkumpul setiap hari Sabtu. Pembagian waktunya yaitu minggu pertama untuk mencari buku yang akan dibaca, minggu kedua untuk menulis review pada buku jurnal baca, minggu ketiga untuk mempresentasikan hasil bacaannya dan minggu keempat untuk membuat review dari buku yang dibaca.
Pada saat mencari bukuyang akan dibaca semua siswa bebas memilih buku yang penting tidak boleh mengandung unsur SARA, mengandung unsur kekerasan, dan mengandung usnur pornografi. Dan buku bisa dicari di perpustakaan atau bertukar dengan temannya.
Saat berikutnya adalah menulis review pada jurnal membaca agar setiap mereka baca tersusun bahan bacaannya. Pada waktu berikutnya mereka berkumpul untuk mempresentasikan hasil bacaanny. Dan saat ini mereka gunakan untuk bertukar buku, bertukar informasi, dan presentasi sambil sesekali mereka bercerita tentang teman-teman sekelasnya sambil tertawa riang. Tak lupa setelah itu kami jajan bersama.
Seperti Sabtu ini, walau hujan mengguyur dari pagi tetapi mereka bahagia berkumpul sambil membaca buku yang akan dibuat review.Rencananya hasil reviu mereka akan dibuat scrapt book yang akan dipamerkan nanti saat sekolah kami milangkala nanti.
Dengan rencana tersebut mereka semangat menghias hasil reviunya dengan kertas warna –warni dan ditempel di karton berwarna pula. .Karena ini sudah menginjak bulan ke 6 jadi reviu mereka sudah lebih dari 12 buah. Termasuk Agus yang sedang sibuk menghiasi kertas reviewnya.
“Bu, Agus baru selesai menghias reviewnya 12 buah” Agus berteriak.
“Iya Gus nggak apa-apa , masih banyak waktu ....” Bu Ana menjawab.
“Bu boleh nggak kalau pekerjaannya dibawa ke rumah?” Agus bertanya.
“ Kerjakan di sini saja Gus, biar samaan dengan teman-teman.” Ucap Bu Ana.
“Biar cepat selesai Bu, kan kalau di rumah ada yang membantu” ujar Agus .
“Kalau di rumah nanti mengganggu pekerjaan Ibumu.” Kata Bu Ana.
Agus nampak menganggukkan kepalanya dan kembali mengerjakan pembuatan review bukunya. Agus berpikir begitu mungkin karena melihat Euis dan Mia yang sudah banyak menghias hasil reviunya. Agus agak telat mengerjakannya bukan karena malas tetapi karena Agus memiliki keterbatasan . Kata Orang tuanya dulu sewaktu masih kecil Agus terserang penyakit panas dan step sehingga ada organ tubuhnya yang terganggu.
Tapi Agus tak pernah mengeluh apalagi minder. Dia berteman dengan siapa saja dan Bu Ana kaget saat Agus ikut mendaftar sebagai peserta WJLRC.Dalam hati Bu Ana berpikir sanggup nggak ya Agus mengikuti program ini mengingat dari beratus temannya pun mereka berguguran saat seleksi peserta .Tapipikiran itu Bu Ana buang jauh-jauh mengingat semua siswa berhak mengikutinya.
Sampai bulan keenam,walau Agus memiliki keterbatasan, tetapi Agus belum pernah absen dalam mengirimkan hasil reviewnya. Setiap bulan Agus selalu konsisten mengumpulkan hasil reviewnya tanpa harus ditanya-tanya atau dikejar-kejar.
Bu Ana bangga membimbing Agus karena dibalik segala keterbatasannya Agus tetap gigih mengikuti tantangan ini . Dia bahkan unggul dibandingkan dengan teman-teman lainnya yang normal tetapi masih agak malas-malasan ataupun harus selalu diingatkan.
“Gus nanti pulang sama siapa? “ kata Hani.
“Dijemput Bapak” jawabnya singkat.
Agus memang selalu diantar jemput oleh keluarganya karena keterbatasannya. Agus tidak bisa naik angkot sendiri.
Saking asyiknya mereka mengerjakan, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00.
“Anak-anak karena waktu sudah menunjukkan pukul 12. 00, silakan untuk merapikan tempat dan alat-alatnya.” Bu Ana berkata.
“Iya Bu siap.” Mereka menjawab serentak tak terkecuali Agus.
“Jangan lupa kertas kecilnya dibuang ke tempat sampah, “ kata Bu Ana
“Iya Bu, nanti kunci Bu ?”kata Hani.
Iya “ kata Bu Ana.
Dan kegiatan hari itu pun berakhir dengan suasana yang menyenangkan . Mereka pulang dengan muka yang ceria karena menyambut hari Minggu , saatnya mereka istirahat di rumah.
“Bu Agus boleh pinjam buku.” Terdengan suara Agus.
“Iya Gus boleh” kata Bu Ana
“Ambil ke ruang guru ya... bukunya ada di meja ibu.” ucap Bu Ana, . (maklum karena dengan keterbatasan ) kami selaku pembimbing sibuk nyari pinjaman buku agar bacaan mereka menarik dan tidak membosankan.
“Mau pinjam Dilan Bu,” kata Agus
“Iya boleh ,”kata bu Yona.
“Bu boleh 2 pinjamnya? “Kata Agus kembali.
Maklum karena keterbatasan buku pula maka bu Yona membatasi mereka dalam meminjam buku.
Bu Yona termenung
“Boleh ya Bu, kan besok libur jadi Agus ga kemana-mana . Kalau ada buku kan bisa digunakan untuk baca” katanya.
“Hmmmm boleh- boleh. Sama buku apa Agus pinjamnya? “Kata Bu Yona
“Buku Matahari Bu, kata teman-teman rame” Agus berucap lagi.
Bu Yona memberikan buku sambil berpikir , ternyata keterbatasan itu tidak menghalangi Agus untuk belajar. Dan Bu Yona pun pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar