Pagi itu aku berangkat menuju tempat biasa aku bekerja yaitu sebuah pabrik yang terletak di kebun karet. Udara pagi itu tampak sedikit menggigit karena semalaman turun hujan dengan sangat derasnya. Anita berjalan ditemani suara burung yang terdengar bersahutan diantara pohon karet. Dengan tanpa ragu Anita terus menyusuri jalanan yang masih tampak sepi. Sampai di sebuah belokan tampak kerumunan orang yang entah sedang apa. Anita tak peduli, paling juga ibu-ibu sedang ngerumpi pikirnya.
Setibanya di pabrik, orang-orang sedang ramai membicarakan sesuatu. Anita pun tak mau tahu. Dia terus saja menyusuri lorong menuju tempatnya dia bekerja. Loh kok sepi? pikirnya. Lalu dia menyimpan tasnya di loker. Saat dia mau menutup lokernya kembali tiba-tiba Fatimah temannya satu plane berteriak.
" Nit kok kamu ke sini? Tanya Fatimah.
" Iya kan hari ini aku kebagian ship pagi" Jawab Anita singkat.
" Kamu lihat orang bergerombol nggak di sana? Tanya Fatimah tambah heran.
" Iya , ah paling juga lagi pada ngerumpi." Ujar Anita sambil memakai maskernya.
" Kamu bener-bener nggak tahu? Di depan itu pada ngomongin nasib kita Nit?" Tanya Fatimah bingung.
" Bener nggak tahu Fat. " Aku menjawab sekenanya.
Pas aku mau menggunakan baju kerja, Fatimah bilang padaku.
" Nit hari ini kita nggak kerja." Ujarnya.
" Tapi kenapa? " Tanyaku.
" Sini!" Dia mengajakku dan menarik tanganku menuju jendela pabrik. Tampak di sana orang- orang sudah bergerombol seperti lautan semut. semua karyawan dari seluruh plan berkumpul. Mereka ada yang membawa bendera, umbul-umbul. dan lain sebagainya. Ada juga yang sedng orasi sambil mengepalkan tangannya ke atas. baru aku sadar, aku sudah ketinggalan jauh info pabrik.
Aku menarik napas berat. Aku melirik Fatimah ternyata dia sudah tak nampak lagi. Aku mencari-cari ke sekeliling kamar tempat ganti tetap nggak ada.
" Fat... Fat..." Aku memanggilnya.
Tak terdengar jawaban. Tiba-tiba ada yang seorang bapak-bapak melintas. Lalu aku tanya.
" Pak lihat temanku nggak? " Tanyaku penuh khawatir.
" Teman yang mana dek? "Dia balik bertanya.
" Fatimah , teman satu plan saya di plan B." Ujarku lagi.
Dia menatapku penuh kebingungan dan dia bertanya lagi.
" Neng nggak mimpi kan? Tanyanya padaku.
" Pak masa pagi-pagi saya mimpi." jawabku sambil kesel mendengar jawaban si bapak.
" Neng lihat orang nggak di kebun karet?" Tanyanya.
" Lihat Pak, kan saya kalau mau sampai pabrik itu harus lewat situ." Jawabku.
" Neng bener-bener nggak tahu atau gimana sih." Ujar bapak itu terlihat kesal padaku.
" Pak kenapa sih dari tadi pada nanya gitu? " ujarku. Teman saya Fatimah tadi juga bilangnya gitu.
" Neng tahu nggak kenapa harui ini pabrik libur? dan kenapa tadi orang bergerombol? Tanya bapak itu padaku.
" Yang di kebon karet itu mereka sedang gali kubur untuk menguburkan jenazah." Jawabnya.
" Nggak" jawabku.
" Dan kenapa di halaman pada bergerombol? " tanyanya lagi?
Aku tetap menggeleng tambah tak mengerti.
" Mereka mau mengantarkan jenazah mbak Fatimah ke tempat peristirahatannya karena kemarin terpeleset dan terjatuh di tangga pabrik ketika sedang memindahkan barang di plan B" Jawabnya panjang lebar.
" Hah? bapak suka bermimpi deh. Orang tadi aku bgobrol sama dia kok di tempat ganti baju." Belaku tak mau kalah.
" Ya ampun neng Anita, kalau nggak percaya hayu sama Bapak ke sana. Karyawan pabrik hari ini libur. Semua mau mengantarkan jenazah neng Fatimah. " Jawabnya.
Aku tak ingat apa-apa lagi, semua tampak hitam dan tak bertenaga.
Yang kuingat ketika pundakku ada yang menepuk. Aku membuka mata dan kulihat ayah dan ibu sedang menangisiku. Aku bingung dan kaget kenapa ada di sini.
ibu dan ayah tak menjelaskan apapun. mereka hanya bilang aku diselamatkan oleh kakek kakek dari kobaran pabrik yang terbakar sangat dahsyat. semua tak ada yang selamat. Aku jadi teringat bapak tadi.
" Bapak tadi kemana Bu? tanyaku sambil memegang kepala yang terasa masih pusing.
" Tak ada bapak-bapak Nak, itu hanya bayangan kamu saja." Ujar ibu.
" Sudah Nak, yang penting kamu selamat dan kakek itu pun menghilang." ujar ibu.
Aku bingung dan nggak bisa berpikir jernih dengan kejadia yang menimpaku.
020620
Bu Ai, ketemu lagi di gel. 12.😊
BalasHapusBu ceritanya bagus👍🥰
iya Neng, terima kasih komennya.
HapusItu tulisannya bagus dan warna biru sejuk dimata, mantap ibu.
BalasHapusterima kasih ibu, Salam Literasi
Hapusterima kasih , Salam Literasi
HapusKeterampilan menulis dalam bentuk dialognya sudah tingkat mahir
BalasHapus